Lebih Lanjut Tentang TPA

Tes Potensi Akademik (TPA) merupakan tes yang paling awal dikembangkan untuk mengukur kemampuan individu secara kognitif di Indonesia secara klasikal. Tes ini menjadi pioner dari tes-tes yang mengukur potensi individu yang mengukur kemampuan yang sama. Namun demikian, TPA memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh tes-tes yang serupa. Misalnya dalam hal konsep mengenai kemampuan yang diukur, prosedur penyajian hingga penelitian yang dilakukan.

Dalam hal konsep mengenai kemampuan yang diukur, TPA melihat bahwa kemampuan potensial tidak hanya menekankan pada penalaran individu saja akan tetapi juga kemampuan yang bersifat potensial lainnya. Beberapa literatur menyebut sebagai bakat. Dengan demikian TPA mengukur kemampuan yang lebih komprehensif karena mengukur potensi yang bersifat umum (inteligensi umum) dan sekaligus kemampuan yang bersifat khusus (bakat atau aptitude). TPA berbeda dengan tes potensi yang beredar di Indonesia karena mereka cenderung menekankan pada konsep inteligensi secara umum atau penalaran kognitif saja.


Penyajian TPA

Dari aspek penyajiannya, TPA diselenggarakan dengan durasi waktu yang cukup lama (3 jam) dengan jumlah soal yang cukup besar (250 butir). Prosedur penyajian seperti ini memberikan tantangan kepada peserta dan sekaligus memberikan informasi tambahan bahwa skor yang dihasilkan oleh TPA tidak sekedar menampilkan kemampuan individu untuk mendemonstrasikan potensinya akan tetapi juga kinerjanya. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan skor yang tinggi, selain memerlukan kemampuan kognitif yang optimal juga kemampuan menjalankan strategi yang efektif, ketahanan kerja, pengelolaan waktu, kemampuan berpikir meskipun dalam tekanan dan kemampuan untuk melakukan perencanaan.

Tes Potensi Akademik (TPA) merupakan tes yang paling awal dikembangkan untuk mengukur kemampuan individu secara kognitif di Indonesia secara klasikal. Tes ini menjadi pioner dari tes-tes yang mengukur potensi individu yang mengukur kemampuan yang sama. Namun demikian, TPA memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh tes-tes yang serupa. Misalnya dalam hal konsep mengenai kemampuan yang diukur, prosedur penyajian hingga penelitian yang dilakukan.

Dalam hal konsep mengenai kemampuan yang diukur, TPA melihat bahwa kemampuan potensial tidak hanya menekankan pada penalaran individu saja akan tetapi juga kemampuan yang bersifat potensial lainnya. Beberapa literatur menyebut sebagai bakat. Dengan demikian TPA mengukur kemampuan yang lebih komprehensif karena mengukur potensi yang bersifat umum (inteligensi umum) dan sekaligus kemampuan yang bersifat khusus (bakat atau aptitude). TPA berbeda dengan tes potensi yang beredar di Indonesia karena mereka cenderung menekankan pada konsep inteligensi secara umum atau penalaran kognitif saja.

Dari aspek penyajiannya, TPA diselenggarakan dengan durasi waktu yang cukup lama (3 jam) dengan jumlah soal yang cukup besar (250 butir). Prosedur penyajian seperti ini memberikan tantangan kepada peserta dan sekaligus memberikan informasi tambahan bahwa skor yang dihasilkan oleh TPA tidak sekedar menampilkan kemampuan individu untuk mendemonstrasikan potensinya akan tetapi juga kinerjanya. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan skor yang tinggi, selain memerlukan kemampuan kognitif yang optimal juga kemampuan menjalankan strategi yang efektif, ketahanan kerja, pengelolaan waktu, kemampuan berpikir meskipun dalam tekanan dan kemampuan untuk melakukan perencanaan.

Tujuan Pengukuran dalam TPA

TPA mengukur kemampuan kognitif individu secara luas baik yang menyangkut potensi (aptitude) maupun prestasi (achievement). Keluasan tujuan ukur ini yang membuat TPA memiliki keunggulan dibanding dengan tes-tes lain yang menggunakan model TPA. Potensi dan prestasi merupakan dua pendukung keberhasilan individu yang saling melengkapi. Potensi menunjukkan kesiapan individu untuk belajar dan bekerja pada lingkungan yang baru, prestasi merupakan modal dasar yang dipakai untuk menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang dikuasai sebelumnya untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Kedua kemampuan tersebut mendukung performansi individu dalam mengerjakan butir-butir soal di TPA dan untuk mendapatkan skor yang optimal. Selain kedua kemampuan tersebut, ada beberapa faktor yang juga turut berpengaruh dalam meningkatkan performansi individu yang mengerjakan TPA. Faktor-faktor tersebut adalah kemampuan menerapkan strategi yang efektif, pengelolaan waktu kerja, ketahanan dan konsistensi dalam bekerja serta dan pengaturan skala prioritas. Kemampuan menerapkan strategi yang efektif sangat diperlukan karena butir soal jika dikerjakan dengan suatu strategi maka cara penyelesaiannya akan lebih cepat dibanding jika tidak menggunakan strategi. Keterampilan dalam mengelola waktu sangat dibutuhkan karena TPA memuat bentuk-bentuk tes yang bervariasi yang jika tidak dikelola dengan baik justru akan menyebabkan kinerja individu tidak maksimal. Ketahanan dan konsistensi kerja diperlukan karena waktu pengerjaan TPA cukup lama (3 jam) sehingga ketahanan dan konsistensi kerja individu benar-benar diperlukan. Hasil penelitian internal yang dilakukan oleh tim pengembang TPA, kontribusi faktor-faktor ini masih di bawah tujuan ukur utama yaitu kemampuan kognitif individu.

Kemampuan Kognitif Bersifat Potensial

Pada TPA, kemampuan individu terkait dengan potensinya diukur melalui subtes-subtes yang menekankan pada kemampuan yang cenderung bersifat menetap yang merupakan hasil dari proses yang panjang. Secara teoretis, kemampuan yang bersifat potensial cenderung bersifat stabil karena berkaitan dengan faktor genetik, lingkungan atau pola pembelajaran di masa lalu. Kemampuan ini sangat dibutuhkan bagi individu karena berguna dalam proses penyesuaian diri terkait dengan tugas atau tantangan yang diberikan. Bagi penyelenggara tes, informasi mengenai kemampuan ini sangat dibutuhkan karena dapat menunjukkan kesiapan (mental readiness) individu untuk mempelajari hal-hal baru, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan singkat. Berbeda dengan kemampuan yang bersifat prestasi, kemampuan yang bersifat potensial ini tidak dipengaruhi oleh pembelajaran dan pengalaman individu. Oleh karena itu pengaruh latar belakang budaya, latar belakang demografis dan tingkat pendidikan tidak seberapa besar.

Kemampuan Kognitif Bersifat Prestasi

Kemampuan yang bersifat prestasi adalah kemampuan hasil perolehan, misalnya melalui proses pembelajaran dan pengetahuan. Meskipun TPA memberikan porsi yang besar untuk mengukur potensi kognitif individu namun aspek prestasi juga dilibatkan. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang komprehensif mengenai individu baik dari potensinya maupun dari aktualisasi dari potensi yang dimilikinya, salah satunya dari domain prestasi (achievement). Meskipun porsinya tidak sebanyak dari domain potensi akan tetapi skor yang dihasilkan sudah dapat mendeteksi seberapa jauh individu mampu mengaktualisasikan potensinya.

Fungsi Pengukuran Melalui TPA

Karena target yang diukur adalah kemampuan yang bersifat umum, TPA memiliki banyak dipakai dalam berbagai bidang, misalnya bidang pendidikan, bidang industri dan organisasi maupun bidang pemerintahan. Fungsinya bermacam-macam, mulai dari sebagai alat untuk melakukan seleksi, penempatan mutasi dan promosi jabatan. Hal ini dikarenakan individu yang memiliki skor TPA dalam batas tertentu memiliki kapabilitas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan efektif. Berikut ini penjelasannya.

TPA Sebagai Alat Seleksi

TPA sangat tepat dipakai sebagai alat seleksi karena TPA memiliki kemampuan untuk memprediksi kinerja atau performansi individu ketika diberikan suatu tugas. Tugas ini dapat berupa ke pesertaan dalam bidang akademik atau pelatihan, maupun tugas-tugas yang sangat umum. Individu yang memiliki skor TPA yang tinggi mampu mengatasi tantangan-tantangan yang bersifat ilmiah-akademik, seperti melakukan telaah teoretis maupun melakukan penelitian.

TPA Sebagai Alat Promosi Jabatan.

Individu yang memiliki potensi yang tinggi perlu mendapatkan tantangan jabatan yang lebih tinggi dibanding dengan yang potensinya rendah. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki potensi yang besar akan mampu melihat akar masalah dan mampu mengambil keputusan dengan efektif.

TPA Sebagai Alat Mutasi Jabatan.

Setiap posisi memiliki tantangan yang berbeda-beda. Beberapa jabatan membutuhkan ketelitian dan beberapa jabatan lainnya membutuhkan penalaran yang mumpuni. TPA dapat dipakai sebagai skrining terhadap para pegawai untuk dipakai sebagai alat mutasi jabatan. Pegawai yang memiliki kemampuan penalaran yang tinggi biasanya ditempatkan pada jabatan-jabatan yang strategis yang menuntut pengelolaan informasi dan pengambilan keputusan yang efektif.

Perkembangan Terkini TPA

TPA hingga saat ini masih terus diadministrasikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terkait dengan pengukuran kemampuan individu dan senantiasa dikembangkan untuk disempurnakan. Secara konseptual, konsep mengenai kemampuan yang diukur tidak mengalami perubahan sejak dari TPA dikembangkan oleh Profesor Sumadi Suryabrata pada tahun 1980an. Demikian juga struktur tes yang memuat tiga subtes (verbal, kuantitatif dan penalaran) tetap dijaga karena masih relevan dengan kebutuhan saat ini. Penyempurnaan dilakukan pada proses penyelenggaraan TPA yang saat ini sudah dilakukan dengan menggunakan Computer Based Test (CBT) baik yang dilakukan secara daring maupun luring.