Spesifikasi Tes
Mengembangkan kompetensi yang berkaitan dengan posisi pekerjaan seorang karyawan sangat penting untuk memastikan efektivitas dan keberhasilan dalam perannya. Hal ini melibatkan peningkatan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan mereka secara terus-menerus melalui berbagai cara seperti program pelatihan, lokakarya, dan pengalaman kerja. Dengan demikian, karyawan dapat selalu mengetahui perkembangan terkini di bidangnya dan beradaptasi dengan perubahan tuntutan pekerjaan.
Bagi ASN, pengembangan kompetensi menjadi penting mengingat sifat pekerjaannya. Sebagai pegawai negeri, mereka bertanggung jawab melaksanakan berbagai tugas administratif dan memberikan pelayanan publik. Hal ini mengharuskan mereka untuk memiliki pemahaman mendalam tentang undang-undang, peraturan, dan kebijakan yang mengatur pekerjaan mereka. Selain itu, mereka perlu memiliki keterampilan yang diperlukan untuk berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat, menangani prosedur administratif yang rumit, dan membuat keputusan yang tepat. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi dalam konteks ASN berarti terus meningkatkan dan memperluas pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan jabatannya dan berkontribusi pada pendayagunaan penyelenggaraan pemerintahan.

Pengembangan Tes Potensi dan Kompetensi
Tas yang dikembangkan memiliki spesifikasi yang menjelaskan informasi mengenai konstruk yang diukur, jumlah dimensi serta format pengukuran yang digunakan. Tes ukur yang dikembangkan ada dua yaitu tes potensi dan tes kompetensi. Pertama, tes potensi talenta yang mengukur 9 dimensi ukur yang memuat kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kritis, kemampuan penyelesaian masalah, konsep diri, kemampuan interpersonal, kecerdasan emosi, growth mindset, motivasi dan komitmen. Kedua, konstruk ukur yang ditargetkan dalam tes ini adalah kompetensi yang memuat 9 kompetensi berupa 8 kompetensi manajerial dan 1 kompetensi sosiokultural. Metode yang digunakan adalah situasional judgement test (SJT) atau penilaian situasi yang memuat penugasan kepada peserta untuk memahami skenario dan memahami tindakan yang paling tepat untuk menanggapi dari permasalahan yang ada di dalam skenario tersebut. Setiap tes memuat 36 butir soal yang diturunkan dari indikator-indikator yang telah ditetapkan berdasarkan Permen PANRB 38/2017.

Tabel 1. Spesifikasi Tes Potensi Talenta
Skor setiap butir soal berupa data yang bersifat politomi yang bergerak dari satu hingga empat yang menunjukkan derajat ketepatan dari tanggapan yang diberikan oleh peserta terhadap skenario yang diberikan. Tes yang dikembangkan dievaluasi reliabilitasnya dengan menggunakan pendekatan konsistensi internal melalui reliabilitas alpha dan omega untuk memastikan skor yang dihasilkan memiliki informasi dengan presisi tinggi terhadap target yang diukur. Validasi terhadap alat tes dilakukan dengan menggunakan proses pembuktian validitas berdasarkan konten ukur dan struktur tes. Pembuktian berdasarkan konten ukur dilakukan untuk memastikan relevansi dan kesesuaian butir soal dengan indikator dari dimensi pengukuran yang telah ditetapkan sedangkan pembuktian berdasarkan struktur tes menunjukkan bahwa tes yang telah dikembangkan sesuai dengan struktur kompetensi berdasarkan permen PANRB no 38/2017.

Tabel 2. Spesifikasi tes kompetensi manajerial dan sosial kultural
Prosedur Pengembangan
Tes Kompetensi Manajerial dan Kompetensi Sosiokultural (Tes KMKS) dikembangkan dengan mengikuti prosedur pengembangan secara ilmiah. Prosedur tersebut adalah pendefinisian konstruk ukur yang memuat dimensi dan indikatornya, penulisan butir, telaah butir, uji coba butir dan analisis butir serta properti psikometris pendukung.

Identifikasi Konstruk dan Dimensi Ukur
Konstruk ukur yang disasar dalam alat ukur adalah kompetensi sesuai dengan yang dijelaskan pada Permen PANRB 38 Tahun 2017 mengenai Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara. Kompetensi menurut peraturan tersebut didefinisikan sebagai seperangkat kemampuan yang pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dapat dikembangkan yang berkaitan dengan jabatan pegawai. Kompetensi mengacu pada pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki seseorang sehubungan dengan tanggung jawab pekerjaannya. Ini adalah aspek penting dari kinerja pegawai dan terkait langsung dengan kemampuan mereka untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Dalam konteks Aparatur Sipil Negara (ASN), kompetensi dapat dipahami sebagai seperangkat keterampilan dan keahlian khusus yang diperlukan untuk suatu jabatan tertentu dalam instansi pemerintahan.

Gambar 5. Proses Penyelesaian Tugas dalam Tes Penilaian Situasi

Gambar 6. Penjabaran Level Kompetensi Menjadi Butir-butir Tes
Penulisan Butir
Butir-butir yang ditulis menggunakan model Tes Penilaian Situasi (SJT) dengan menggunakan format menggunakan format pilihan ganda empat opsi. Setiap butir yang ditulis memuat situasi dilematik yang dan memberikan kesempatan kepada peserta tes untuk memilih satu di antara beberapa alternatif tindakan yang ada. Dengan kata lain, butir-butir tes menggambarkan berbagai situasi yang mungkin terjadi dalam konteks pekerjaan dan menuntut peserta untuk memilih respons atau tindakan terbaik yang akan mereka ambil dalam situasi tersebut.
Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam sebuah butir memuat skenario kasus yang dapat memiliki beberapa fitur terkait dengan masalah yang dihadapi. Misalnya, pertentangan nilai antara nilai-nilai pribadi yang bertabrakan dengan nilai kejujuran, dilema pekerjaan antara penyelesaian tugas yang sesuai dengan prosedur atau penyelesaian tugas yang kreatif, serta pengambilan keputusan yang bersifat problematik. Semua skenario yang dilibatkan dalam penyusunan butir memerlukan pertimbangan sebelum diputuskan dalam sebuah tindakan yang ditunjukkan dengan memilih opsi jawaban. Pertimbangan tersebut dapat berupa posisi atau wewenang pegawai, pertimbangan mengenai faktor penyebab, nilai-nilai organisasi atau keberadaan dukungan. Semua pertimbangan tersebut kemudian diimplementasikan dalam sebuah keputusan yang telah dipikirkan ketepatannya, relevansinya, serta dampak dari keputusan yang dibuat.
Penulisan butir dilakukan berdasarkan indikator dari kompetensi yang diukur. Sebuah indikator dapat diwujudkan dalam satu hingga dua butir. Seperti yang tertulis pada permen PANRB 38/2017, setiap dimensi kompetensi memuat lima level berdasarkan jenjang jabatan dari pegawai yang diukur. Masing-masing jenjang terdapat tiga indikator yang mendeskripsikan pengetahuan, keterampilan atau sikap yang perlu dimiliki oleh pegawai di level tersebut. Penulisan butir didasarkan pada indikator tersebut sehingga terdapat bagian-bagian tes yang disesuaikan dengan jenjang jabatan dari pegawai yang diukur.
Gambar 6 menjelaskan keterkaitan antara level kompetensi, indikator serta butir-butir yang ditulis. Pada gambar tersebut terlihat bahwa setiap level memuat tiga indikator seperti yang telah ditetapkan oleh PANRB 38/2017. Indikator-indikator tersebut kemudian menjadi dasar untuk penulisan butirnya. Oleh karena butir tersebut mengacu pada jabatan dan level yang berbeda-beda maka kasus-kasus dalam skenario yang dilibatkan di dalam butir disesuaikan dengan tugas dan wewenang pegawai pada jabatan tersebut.
Telaah Butir
Telaah butir dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti relevansi konten yang diukur oleh butir soal tersebut, kesesuaian dengan indikator yang diukur serta kesesuaian butir soal dengan kriteria dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Telaah butir soal dilakukan oleh pakar yang memiliki kepakaran dalam bidang pengukuran, psikologi industri organisasi dan pengelolaan aparatur sipil negara. Telah butir soal dilakukan oleh praktisi yang bergerak dalam bidang pengelolaan SDM, akademisi dari universitas yang memiliki latar belakang dalam bidang pengukuran kompetensi serta para peneliti dalam bidang psikologi industri dan organisasi. Butir yang melalui tahap ini akan dimasukkan ke dalam bank soal yang siap untuk diujicobakan.
Properti Psikometris
Pengembangan tes dilakukan dengan menggunakan pendekatan saintifik yang ditunjukkan dengan cara prosedur mengevaluasi butir-butir soal yang telah diujicobakan dilakukan dengan pendekatan psikometris. Melalui pendekatan analisis secara psikometris, butir-butir memiliki properti yang menunjukkan kualitasnya yaitu daya diskriminasi butir, tingkat kesulitan butir serta properti yang berkaitan dengan validitas dan reliabilitas pengukuran yang dilakukan. Daya diskriminasi butir menunjukkan seberapa besar butir mampu membedakan peserta tes berdasarkan kemampuan atau kompetensi yang diukur. Daya diskriminasi butir juga menunjukkan relevansi butir-butir soal dengan keseluruhan fungsi tes dalam mengukur kemampuan yang diukur. Tingkat kesukaran butir menunjukkan seberapa sulit tugas-tugas di dalam butir untuk dikerjakan oleh peserta untuk mendapatkan jawaban yang benar. Tingkat kesukaran ini akan disesuaikan dengan populasi dari peserta yang menjadi sasaran tes ini untuk dikembangkan.
Evaluasi terhadap properti psikometris dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara teori tes klasik dan teori tes modern. Hal ini dikarenakan masing-masing pendekatan memiliki kelebihan tersendiri yang memberikan informasi yang sangat penting dalam pengembangan alat